MENGGUGAT PERAN INTELEKTUAL MAHASISWA ISLAM

Saat ini aktivitas kelompok-kelompok mahasiswa Islam nyaris tidak menampakkan greget lagi. Organisasi-organisasi ekstra mahasiswa Islam, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yang dulu begitu prestisius dengan kiprah intelektualitasnya kini tampak layu kemayu.
Alih-alih, geliat mereka kini lebih menampakkan diri dalam bentuk gerakan yang bisa dikatakan sedikit latah. Sama dengan umumnya gerakan intra mahasiswa, kelompok mahasiswa Muslim cenderung terperangkap ke dalam aksi jalanan dengan tema kurang kreatif, strategis dan signifikan serta tujuan yang jauh dari nilai-nilai idealisme. Ketika masyarakat ramai berunjuk rasa menentang kebijakan pemerintah, atau memrotes sikap dan tindakan yang dianggap menghina atau melecehkan mereka dan simbol-simbol kehidupan yang mereka pegang, mahasiswa Islam pun ikut-ikutan masuk ke wilayah itu.
Kegiatan semacam itu hampir merupakan serimonial yang mentradisi di kalangan sebagian (besar?) kelompok mahasiswa Muslim. Sebagian yang lain berada dalam inertia cukup akut atau sekadar latah mengikuti arus pemikiran. Dalam kondisi semacam itu, mereka sulit rasanya untuk menumbuhkan pemikiran kreatif, gerakan transformatif, dan melahirkan pemikir-pemikir Muslim yang kapabel.
Melongok Masa Lalu
Berbeda dengan akhir era enam puluhan yang terus berlanjut hingga dekade delapan puluhan abad lalu, saat itu mereka mampu menawarkan kegiatan –baik wacana maupun praksis –yang sarat dengan nuansa intelektualitas kecendekiawanan. Kala itu mereka dapat mengembangkan pemikiran keislaman kreatif-transformatif yang relatif mampu merespon situasi atau kondisi. Salah satu contoh konkret, munculnya kelompok-kelompok kajian mahasiswa yang langsung atau tidak langsung merupakan bagian dari organisasi ekstra mahasiswa Muslim Indonesia. Kelompok Yogya dari lingkaran aktivis HMI Cabang Yogyakarta dengan tokoh-tokohnya Djohan Effendi, Ahmad Wahib, Dawam Rahardjo, dan kemudian didukung oleh Nurcholish Madjid telah menelorkan –sebagaimana dinyatakan Yudi Latif (Mizan: 2005) –pembaruan Islam yang berorientasi masa depan. Pada gilirannya hal itu menimbulkan islamic turn di kalangan mahasiswa Muslim secara umum.
Pola seperti itu pada dekade delapan puluhan juga dikembangkan mahasiswa PMII yang berasal dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Mereka mendirikan semacam Lembaga Swadaya Masyarakat bernama Lembaga Kajian islam dan Sosial (LKiS) yang – menurut hasil penelitian Wajidi (Pustaka Pelajar: 2004) –memberikan sumbangan perubahan massif dalam pemikiran Islam dan sosial di kalangan anak-anak muda “tradisionalis”.
Hasil semua itu adalah berkembangnya pemikiran Islam yang bersifat lintas golongan. Neo-modernisme yang mengalami domistifikasi sesuai dengan alam Indonesia berkembang pesat. Sejalan dengan itu, post-tradisionalisme juga ikut menghiasi Islam Indoensia.
Berdasarkan pemahamaan keagamaan ini, para pendukung pemikiran keagamaan itu mampu merespons isu-isu kontemporer yang berkembang saat itu dengan pendekatan keagamaan substantif dan transformatif Melalui kajian kritis atas beragam pemikiran, dari yang berbau kiri hingga liberal, mereka dapat membangun pemahaman Islam yang bukan saja dapat menyikapi isu dan persoalan global, tapi sekaligus juga sangat apresiatif terhadap lokalitas.
Sejalan dengan itu, mereka juga aktif menerjemahkan karya-karya serta menerbitkan buku-buku yang dianggap memberikan pencerahan kepada masyarakat. Selain itu, mereka juga terlibat dalam aktivitas advokasi atas masyarakat yang selama itu mengalami ketertindasan dan terabaikan oleh sistem yang ada.
Keberagamaan kondusif bagi terciptanya kehidupan yang mencerminkan civility, serta berorientasi jauh ke depan mulai membumi dalam realitas. Optimisme kebangkitan Islam dari Indonesia, dan bukan dari negara-negara Timur Tengah dalam bentuk –seperti dinyatakan Fazlur Rahman –growth of a progressive interpretation of Islam mendekati kenyataan. Namun pada sisi itu pula berbagai persoalan timbul, yang –jika tidak direspon secara arif –akan memandulkan peran Islam di Indonesia.
Kelatahan Mahasiswa Islam
Era reformasi kendati sampai derajat tertentu membawa peluang perbaikan kehidupan dan keberuntungan, ternyata juga berdampak negatif terhadap kelangsungan reformasi pemahamaan keagamaan, khususnya di kalangan mahasiswa Islam. Kran kebebasan yang dibuka lebar-lebar sejak reformasi membuat mereka –sama seperti umumnya kalangan mahasiswa yang lain –terbuai dengan kebebasan yang lebih bersifat fisik, yang lebih mengepankan dengkul dibandingkan otak. Mereka lebih bergairah mengaktualisasikan kebebasan ekperesif dalam bentuk unjuk rasa dan sejenisnya, serta cenderung mengabaikan hal-hal substantif yang berkaitan dengan pengembangan intelektualitas.
Bukan berarti unjuk rasa salah. Namun aktivitas ini menjadi kurang benar ketika motivasinya tidak merujuk kepada nilai-nilai luhur yang jauh dari pragmatisme dan oportunisme, tema-temanya dangkal dan tidak strategis, serta tujuannya berspektrum sempit dan pendek. Unjuk rasa menjadi sangat naif ketika mahasiswa Islam menjadikannya nyaris satu-satunya agenda utama, serta melupakan peran mereka sebagai calon intelektual Indonesia masa depan.
Kurang intensnya mereka mengembangkan kajian keislaman berakibat selain mereka latah ikut-ikutan dalam unjuk rasa, mereka juga latah dalam melakukan rekonstruksi pemahaman keagamaan. Mereka cenderung eklektik, asal comot pemikiran yang ada, tidak bersifat kritis, parsial, dan sekadar transfer, bukan transformasi. Parahnya lagi, mereka belum memiliki metodologi memadai untuk pengembangan keilmuan dan penafsiran keagamaan.
Atas dasar kenyataan itu, persoalan-persoalan semacam itu yang perlu mendapat perhatian serius mereka ke depan. Kelompok mahasiswa Islam perlu menjadikan kampus dengan kebebasan akademiknya sebagai sarana untuk aktualisasi intelektualitas dan pengembangan Islam Indonesia ke depan. Mereka dituntut –bersama civitas akademika yang lain –membangun metodologi kajian keislaman yang kokoh yang memberikan peluang besar bagi terciptanya konsep-konsep keislaman yang dapat menyantuni bangsa dengan segala keragamannya
Share this article :
 
 

Copyright © 2011. HMI STAIN JEMBER - All Rights Reserved